loading...Ustaz Miftah el-Banjary, Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran asal Banjar Kalimantan Selatan. Foto/Ist Tg DR Miftah el-Banjary MAPakar Ilmu Linguistik Arab, Pimpinan Majelis Dalail Khairat Indonesia-MalaysiaDalam ajaran al-Imam Muhyiddin Ibnu Arabi, waliyullah yang tertinggi dinamakan القطب Al-Qutb kutub atau poros alam. Ia kadang juga dinamakan الغوث "Al-Ghauts" penolong atau سلطان الأولياء Sulthan al-Awliya raja para wali. Akan tetapi, sebagian membedakan antara Sulthan al-Awliya atau Ghauts dengan Qutb. Menurut pandangan ini, semua Sulthan al-Awliya adalah Qutb, tetapi tidak semua Qutb adalah Sulthan al-Awliya/Ghauts al-Adham الغوث الأعظم. Ada pula yang menyatakan bahwa maqam kedudukan "Wali al-Ghauts" ini merupakan pangkat tertinggi paling puncak yang menempati satu tingkat lebih tinggi di atas Wali Qutb dan satu tingkatan di bawah Nabi Khaidir ' juga keterangan yang menyebut dengan istilah "Qutb al-Aqtab" قطب الأقطب atau kutubnya kutub. Ada pula keterangan menyebutkan Qutb memiliki dua wakil, yakni dinamakan Wali Aimmah ولي الأئمة. Salah satu wali Aimah, yakni "Imam Kanan" hanya mengetahui عالم الملكوت Alam Malakut alam kekuasaan, alam gaib; dan yang satunya "Imam Kiri" hanya mengetahui عالم الملك Alam Mulk alam kerajaan, alam dunia jasmani.Qutb al-Ghauts adalah pusat daya-daya spiritual. Ia mengumpulkan semua maqam. Ia adalah kutub semesta lahiriyah maupun semesta batiniah, yang semuanya berputar di sekelilingnya, seperti Ka'bah yang menjadi sumbu perputaran dalam thawaf. Kadang-kadang Qutb diberi kekuasaan eksternal politik atas seluruh umat. Empat khalifah pertama pasca Nabi Khalifah Abu Bakar bin Shiddiq, Khalifah Umar bin Khattab Khalifah Utsman bin Affan dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah Qutb Agung atau Sulthan al-Awliya, yang memiliki kekuasaan politik. Tetapi kebanyakan Qutb hanyalah penguasa rohani, dan tidak memiliki kekuasaan politik. Abu Yazid al-Busthami dan Maulana Rumi ialah contoh dari jenis wali ini. Mayoritas wali qutb tidak memiliki kekuasaan Zaman Hanya Ada 1 Wali QutubDalam setiap zaman hanya ada satu wali Kutub atau dalam pendapat lain, satu Sulthan Awliya, di mana semua wali berputar di sekelilingnya, dan pandangan ini hampir disepakati. Seperti dijelaskan oleh Hakim al-Tirmidzi, Syekh al-Akbar Ibnu Arabi, dan al-Hujwiry. Meski sudah menjadi kesepakatan hanya ada satu Sulthan Awliya di setiap zaman, namun dalam kenyataan sejarah kita kerap menjumpai kabar bahwa ada lebih dari satu syekh sufi yang hidup dalam kurun waktu yang sama, atau berdekatan, tetapi dianggap sebagai Qutb atau Sulthan Awliya. Demikian pula, dalam setiap tarekat, sering kali muncul klaim bahwa pendiri tarekat, yang sama-sama hidup dalam kurun waktu yang relatif sama, atau beberapa mursyid penerusnya menempati kedudukan maqam Qutub. Bahkan, di masa sekarang pun terdapat beberapa kabar ada wali Qutub lebih dari satu yang berada di beberapa Qutb yang dimaksud di sini seperti yang disinggung oleh Syekh al-Akbar Ibn Arabi, yakni Qutb untuk maqam spiritual tertentu. Karenanya, dalam maqam tawakkal, misalnya, terdapat satu Qutb, tempat manifestasi tertinggi dari maqam spiritual tertentu pada zamannya. Ibnu 'Arabi sendiri, misalnya, dikenal sebagai Sulthan al-'Arifin rajanya orang berpengetahuan, sedangkan Maulana Rumi ialah Sulthan al-Muhibbin rajanya para pencinta. Atau persoalannya pada "zaman" Qutb hanya satu untuk setiap masa, tetapi persoalannya masa atau zaman yang mana? Jika sudah bicara dunia spiritual, waktu adalah relatif, nonlinier, dan ada banyak alam selain alam dunia ini, yang berarti juga ada banyak masa atau zaman. Bagaimanapun, ini akan tetap menjadi misteri, dan kita orang awam hanya bisa berspekulasi berdasarkan Arabi dalam kitab "Futuhat al-Makiyyah" menyatakan bahwa ada 84 kategori wali, dan 35 di antaranya memiliki batas pada masa tertentu. Keterangan dari Ibnu 'Arabi ini juga dikutip oleh Syekh Yusuf an-Nabhani dalam kitab "Jami' Karamah al-Awliya."Kedudukan spiritual wali terdiri dari tingkatan-tingkatan dari yang tertinggi hingga yang terendah. Masing-masing derajat ini sesuai dengan tingkatan realisasinya. Tetapi ada beberapa pandangan tentang maqam atau kedudukan kewalian yang berbeda-beda, dan berikut ini beberapa di antaranya. Menurut Syekh Hakim at-Tirmidzi, ada lima kategori umum Wali 1. Al-Budala البدلاء, wali-wali pengganti, yang berada pada derajat Al-Akhyar الأخيار orang-orang pilihan, manusia yang memilih Allah dan karenanya Allah pun memilih Al-Abrar الأبرار, orang-orang baik, mereka adalah orang-orang yang amalnya bebas dari segala sesuatu selain Al-Muhadditsin المحدثين, orang yang dijaga dengan kebenaran oleh Khatam al-Awliya خاتم الأولياء, penutup para wali. Kedudukannya berada di atas semua kedudukan wali. Menurut Syekh Husain Kamal, jumlah golongan wali dalam tradisi Tarekat Chistiyyah disebutkan ada• 1 orang Qutb al-Awliya• 70 orang Wali Nujaba • 300 orang Wali Nugaba• 500 orang Wali Akhyar• 25 orang Wali Abrar, • 4 orang Wali Autad, dan•.40 orang wali Abdal. Menurut Imam al-Hujwiry, berdasarkan keterangan para sufi ahli kasyaf ada• 1 orang Wali Qutb• 3 orang atau 12 orang menurut Ibnu Arabi wali Nuqaba •.4 orang Wali Autad • 40 orang Wali Abdal atau 7 orang versi Ibnu Arabi• 300 orang Wali Akhyar, • orang Rijalul Ghaib.IstilahWali kutub, wali ghauts, tidak pernah ada dalam islam. Karena segala yang ghaib pasti telah dijelaskan Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada peluang bagi manusia untuk mengetahui hal ghaib selain melalui penjelasan Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Istilah wali qutub dan wali ghauts hanya ada
AbahAnom Wali Qutub Akhir Zaman, Ceramah Manaqib Tqn Suryalaya Tasikmalaya.Masya Allah, Kyai Jatman NU yang juga sebagai murid Abah Anom membeli Kitab SyekhSyaikh Abdul Qadir al-JilaniBeliau pernah berkata “Kakiku ada diatas kepala seluruh wali.” Menurut Abdul Rahman Jami dalam kitabnya yang berjudul Nafahat Al-Uns, bahwa beberapa wali terkemuka diberbagai abad sungguh-sungguh meletakkan kepala mereka dibawah kaki Syaikh Abdul Qadir Ahmad al-Rifa’iSewaktu beliau pergi Haji, ketika berziarah ke Maqam Nabi Muhammad Saw, maka nampak tangan dari dalam kubur Nabi bersalaman dengan beliau dan beliau pun terus mencium tangan Nabi SAW yang mulia itu. Kejadian itu dapat disaksikan oleh orang ramai yang juga berziarah ke Maqam Nabi Saw tersebut. Salah seorang muridnya berkata “Ya Sayyidi! Tuan Guru adalah Quthub”. Jawabnya; “Sucikan olehmu syak mu daripada Quthubiyah”. Kata murid “Tuan Guru adalah Ghaus!”. Jawabnya “Sucikan syakmu daripada Ghausiyah”.Al-Imam Sya’roni mengatakan bahwa yang demikian itu adalah dalil bahwa Syaikh Ahmad al-Rifa’i telah melampaui “Maqamat” dan “Athwar” karena Qutub dan Ghauts itu adalah Maqam yang maklum diketahui umum.Sebelum wafat beliau telah menceritakan kapan waktunya akan meninggal dan sifat-sifat hal ihwalnya beliau. Beliau akan menjalani sakit yang sangat parah untuk menangung bilahinya para makhluk. Sabdanya, “Aku telah di janji oleh Allah, agar nyawaku tidak melewati semua dagingku daging harus musnah terlebih dahulu. Ketika Sayyidi Ahmad Al-Rifa’i sakit yang mengakibatkan kewafatannya, beliau berkata, “Sisa umurku akan kugunakan untuk menanggung bilahi agungnya para makhluk. Kemudian beliau menggosok-ngosokkan wajah dan uban rambut beliau dengan debu sambil menangis dan beristighfar . Yang dideritai oleh Sayyidi Ahmad Al-Rifa’i ialah sakit “Muntah Berak”. Setiap hari tak terhitung banyaknya kotoran yang keluar dari dalam perutnya. Sakit itu dialaminya selama sebulan. Hingga ada yang tanya, “Kok, bisa sampai begitu banyaknya yang keluar, dari mana ya kanjeng syaikh. Padahal sudah dua puluh hari tuan tidak makan dan minum. Beliau menjawab, “Karena ini semua dagingku telah habis, tinggal otakku, dan pada hari ini nanti juga akan keluar dan besok aku akan menghadap Sang Maha Kuasa. Setelah itu ketika wafatnya, keluarlah benda yang putih kira-kira dua tiga kali terus berhenti dan tidak ada lagi yang keluar dari perutnya. Demikian mulia dan besarnya pengorbanan Aulia Allah ini sehingga sanggup menderita sakit menanggung bala yang sepatutnya tersebar ke atas manusia lain. Wafatlah Wali Allah yang berbudi pekerti yang halus lagi mulia ini pada hari Kamis waktu duhur 12 Jumadil Awal tahun 570 Hijrah. Riwayat yang lain mengatakan tahun 578 Ahmad BadawiSetiap hari, dari pagi hingga sore, beliau menatap matahari, sehingga kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan usia dini beliau telah hafal al-Qur’an, untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan syaikh Ahmad Rifai. Suatu hari, ketika beliau telah sampai ketingkatannya, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, menawarkan kepadanya ”Manakah yang kau inginkan ya Ahmad Badawi, kunci Masyriq atau Maghrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama juga diucapkan oleh gurunya Syaikh Ahmad Rifai, dengan lembut, dan karna menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; ”Aku tak mengambil kunci kecuali dari al-Fattah Allah ”.Peninggalan syaikh Ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan shalawat badawiyah sughro dan shalawat badawiyah Abu Hasan asy-SyaziliKeramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah fadhal dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan antara keramatnya para Shiddiqin ialah 1. Selalu taat dan ingat pada Allah swt. secara istiqamah kontineu.2. Zuhud meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi.3. Bisa menjalankan perkara yang luar bisa, seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan keramatnya Wali Qutub ialah 1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah Mampu menggantikan Wali Qutub yang Mampu membantu malaikat memikul Hatinya terbuka dari haqiqat dzatnya Allah swt. dengan disertai pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya. Kemudian beliau menjawab, “Guruku adalah Syaikh Abdus Salam ibnu Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar Umar bin Khattab Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il dan ruh yang agung. Beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat”. Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, “Aku setiap malam banyak membaca Radiyallahu an Asy-Syekh Abul Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku”. Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, “Ya Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiya Allahu An Asy-Syaikh Abu Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swt, apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?”. Lalu Nabi saw menjawab, “Abu Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawassul kepada Abu Hasan, maka berarti dia sama saja bertawassul kepadaku”.Peninggalan syaikh Abu Hasan asy-Syazili yang sangat utama, yaitu Hizib Nashr dan Hizib Bahar. Orang yang mengamalkan Hizib Bahar dengan istiqomah, akan mendapat perlindungan dari segala bala. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya. Hizib Bahar ditulis syaikh Abu Hasan asy-Syazili di Laut Merah Laut Qulzum. Di laut yang membelah Asia dan Afrika itu syaikh Abu Hasan asy-Syazili pernah berlayar menumpang perahu. Di tengah laut tidak angin bertiup, sehingga perahu tidak bisa berlayar selama beberapa hari. Dan, beberapa saat kemudian Syaikh al-Syadzili melihat Rasulullah. Beliau datang membawa kabar gembira. Lalu, menuntun syaikh Abu Hasan asy-Syazili melafazkan doa-doa. Usai syaikh Abu Hasan asy-Syazili membaca doa, angin bertiup dan kapal kembali berlayar.
Al-Quthbi Al-Kamil Khatmu Al-Auliyai Al-MaktumSecara etimologi bahasa, qutub berasal dari kata ط - ب - ق. Artinya bintang terindah. Sedangkan secara istilah, qutub adalah manusia terbaik yang mengumpulkan seluruh keutamaan. Baik dalam sifat kemanusiaan, ibadah dan kedekatannya dengan Allah. Seorang qutub merupakan Khalifah Rasulillah SAW dalam menjaga keseimbangan masa hanya ada satu orang kutub. Ibnu Hajar menjelaskan, kata abdal telah masyhur dalam sejumlah khabar dan qutub telah ditemukan dalam beberapa atsar. Sedangkan kata ghauts tidak ditemukan sumbernya. Jalaluddin As-Suyuthi telah mengetengahkan akan adanya qutub, autad dan abdal dalam kitabnya Al-Khabarud Dallu Ala Wujudil Quthbi Wal Autadi Wan Nujabai Wal Abdalli. Keterangan ini menunjukkan adanya qutub. Berbeda dengan ghauts yang tidak ada penunjukkan. Hal ini berdasarkan pada hadits dan atsar yang ghauts secara istilah adalah persamaan dari qutub. Ghauts merupakan sosok qutub yang sempurna Al-Quthb Al-Kamil wa Al-Jami. Dari sini dapat dimengerti bahwa kemutlakan kata ghauts atas al-quthbu al-jami’ adalah istilah yang baru muncul di antara para wali. Berbeda denga kata qutub yang telah ditemukan dalam beberapa atsar. Kekhususan Al-Quthbu Al-Kamil wa Al-Jami ini sangat banyak. Di antaranya adalah mengetahui ismu Al-a’dham dengan seluruh bentuk, huruf, lafal, jumlah, tujuan dan waktunya. Sebagian dari ismu Al-a’dham ini ada yang boleh diijazahkan kepada beberapa orang sahabatnya dan ada pula yang tidak diperbolehkan. Karena besarnya anugerah, martabat lahir atau batinnya dan inti batinnya. Sebagaimana keterangan dalam Jawahirulma’ani, Kanzi Al-Muthlasam dan beberapa risalah Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Kamil wa Al-Jami mempunyai 366 dzat sesuai jumlah hari kabisat. Seperti telah diterangkan As-Sya’rani dari gurunya, Al-Khawas keterangan ini juga disampaikan oleh Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani dalam Jawahiru Al-Ma’ Asakir dan Al-Khatib telah mengutip keterangan dari Ubaidillah bin Muhammad Al-abbas, bahwa Al-kannani mengatakan, “Wali nuqaba berjumlah 300 orang. Wali nujaba berjumlah 70 orang. Wali abdal berjumlah 40 orang. Wali akhyar berjumlah 7 orang. Wali amal berjumlah 4 orang. Wali ghauts hanya seorang. Menurut Ibnu Khaldun, kedudukan qutub merupakan kedudukan tertinggi. Sebagian orang arif mengatakan bahwa Wali Qutub adalah seorang wali yang disinyalir dalam Hadits Ibnu Mas’ud, hatinya berada dalam hati Malaikat Israfil. Wali Qutub merupakan poros dan markas dari seluruh jalaluddin As-Suyuthi telah meriwayatkan dari Ibnu Asakir dan Abu Nu’aim dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasululloh SAW bersabda, “Sesungguhnya Alloh juga mempunyai 40 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Nabi Musa Alloh juga mempunyai 7 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Nabi Ibrahim Alloh juga mempunyai 5 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Malaikat Jibril Alloh juga mempunyai 3 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Malaikat Mikail Allah juga mempunyai satu orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam Malaikat Israfil Jika yang seorang tersebut meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 3 orang. Jika yang 3 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 5 orang. Jika yang 5 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 7 orang. Jika yang 7 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 40 orang. Jika yang 40 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 300 orang. Jika yang 300 orang telah meninggal, maka Allah SWT akan menggantikan kedudukannnya dari orang sebab merekalah Allah menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuhan dan menolak bahaya.”Shahibul Muniyah telah bersyairDalam Bulan Muharam esok, akan muncul ghauts yang memberi khalifah dari al-muhaimin al-majid Allah.Istilah “Khatmu Al-Auliya” memang jarang dibicarakan. Istilah ini diperkenalkan pertama oleh seorang wali agung Muhammad bin Ali Al-Hakim At-Turmidzi w. 255 H. dalam kitabnya Khatmu Al-Auliya’ Penutup Para Wali. Selanjutnya, seorang wali quthub, yaitu Syeikh Ali bin Muhammad Wafat w. 807 H. mempertegas keberadaannya. Sehingga akhirnya, istilah ini muncul ke permukaan setelah pengarang “Futuhatul Makiyyah”, Syeikh Muhyidin Ibnu Arabi Al-Hatami mengungkapkannya secara khusus dalam sebuah kitab yang berjudul “Anqaau Maghrib Fii Khatmi Al-Auliya Wa Syamsi Al-Maghrib” Bumi Maroko Penutup Para Wali dan Mataharinya.Di antara beberapa wali yang agung pun ada yang mengklaim sebagai Khotmu Al-Auliya’. Antara lainSyeikh Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli, pengarang Dalailul Khairat. Syeikh Ali bin Muhammad Wafa. Beliau mengatakan bahwa ayahnya, Muhammad Wafa adalah Khatmu Al-Auliya. Namun pernyataan ini dicabut kembali. Syeikh Al-Fasyasyi. Syeikh Muhyidin Ibnu Arabi Al-Hatami. Setelah Beliau bermimpi melihat Ka’bah yang dibangun dengan batu-bata emas dan perak. Hanya saja di puncaknya antara rukun Yamani dan Syami, lebih condong ke rukun Syami terlihat kuarng dua bata. Dalam mimpinya, Beliau memperhatikan hal tersebut. Dengan kesadarannya beliau menganggap bahwa dirinyalah penutup dan penyempurna bangunan Ka’bah. Setelah melalui penakwilan, Beliau menganggap telah mencapai Khatmu L-Auliya. Maka dengan riang gembira, beliau mengalunkan syairDengan kamilah Allah menutup bermuaralahlah wilayah kepada itu, tidak ada khotam bagi orang setelah keberuntungan dengan khotam bagi umat ilmunya kecuali diriku sedang bersyair, Beliau mendengar bisikan“Apa yang kau duga dan harapkan bukan milikmu. Itu adalah milik seorang wali di akhir zaman. Tidak ada wali yang lebih mulia di sisi Allah SWT melebihinya.” Akhirnya Beliau berkata, “Kuserahkan urusan ini kepada yang menciptakan dan mewujudkan.”Dengan pernyataannya ini, secara langsung Syeikh Muhyiddin bin Arabi Al-Hatami telah mencabut klaimnya sebagai Khatmu Al-Auliya. Dalam arti sebagai Khatmu Al-Auliya karena itulah, Beliau mengarang Kitab Anqaa-u Maghrib Fii Khatmi Al-Auliya Wa Syamsi Al-Maghrib Bumi Maroko Penutup Para Wali dan Mataharinya. Kitab ini telah dicetak dan saat itu sampai abad ke-12 hijriyah tidak terdengar kembali adanya seorang wali yang mengklaim sebagai Khatmu Futuhatul Makiyah, Syeikh Muhyiddin Ibnu Arabi Al-Hatami memberikan keterangan tentang identitas Khatmu Al-Auliya. Beliau mengatakan, “Saya telah berjumpa dengannya Khatmul Auliyail Muhammadi secara barzakhiyah pada tahun 595 H. Saya melihat tanda yang disembunyikan Alloh dari hamba-hamba-Nya. Dia berada di Fas, Maroko. Saya melihat tanda Khatmul Auliyail Muhammadi darinya. Dia akan mendapat banyak cobaan karena banyak ilmu-ilmu robbani ketuhanan yang kenyataannya, setiap wali yang pernah menyatakan dirinya Khatm Al-Auliya banyak yang mencabut kembali pernyataannya. Mereka yang telah menyatakannya pun hanya pada batas tertentu wilayat Al-khusus. Bukan secara umum dan luas a-mmah dan menutup kewalian dalam arti yang mencapai kedudukan sempurna yang terakhir. Karena Khatmat Al-Kubra kesempurnaan paripurna terbesar hanya akan muncul di akhir samping itu, maqam kedudukan Al-Khatmu adalah kedudukan yang sangat tinggi yang sulit untuk dicapai seseorang, kecuali telah sampai pada maqam kedudukan kutub. Sedangkan kutub sendiri merupakan kedudukan yang sangat tinggi. Dalam tiap zamannya, seorang wali kutub merupakan sosok yang mengumpulkan ahwal beberapa kondisi kewalian, asrar beberapa rahasia ketuhanan dan karomah beberapa kemuliaan perilaku dari auliya dan arifin pada zaman tersebut. Akan tetapi, meskipun para kutub tersebut berserikat dalam pencapaian kedudukan ini, mereka berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan kekutubannya sesuai kadar masing-masing dalam pendakiannya. Sesuai urutan derajat yang mereka cakup dan tertinggi merupakan kedudukan termulia posisinya. Yaitu yang mencapai kedudukan Al-Khatmat Al-Ajall Al-Anfus kesempurnaan jiwa tertinggi. Kedudukan inilah yang disebut dengan Al-Khatm Al-Maqom penutup seluruh kedudukan di antara orang-orang khos. Dalam Ad-Durr Al-Mandhum, pada bab Titimmatu s-sa-disah penutup keenam, tentang kedudukan khatmah penutup/pamungkas, Imam As-Sya’roni telah membicarakan kedudukan Al-Muhammadi. Bahwa kedudukan ini merupakan kedudukan yang tidak mungkin dicapai seseorang kecuali telah melewati hijab. Dan ini tidak terjadi pada tiap Ar-Risalat Al-Mubarakah, Imam Asy-Sya’rani telah menerangkan ilmu-ilmu khos auliya. Bahwa beberapa ilmu tentang sifat-sifat khatim Al-auliya ada dalam tiap kurun dan akan ditutup oleh penutupnya yang terbesar khatim Al-akbar. Seperti halnya Nabi Muhammad SAW telah menutup nabi-nabi Ahmad bin Muhammad At-Tijani menerangkan tentang hakikat wilayah. Bahwa wilayah terbagi menjadi dua, yaitu Wilayah A-mmah umum dan Wilayah Khosh-shoh khusus. Wilayah a-mmah ialah wilayah sejak Nabi Adam sampai Nabi Isa Sedangkan Wilayah Khosh-shoh ialah sejak Rasulullah Saw sampai Al-Khatmu penutup. Arti dari khosh-shoh adalah wali yang berakhlak dengan akhlak Al-Hak yang berjumlah 300 akhlak secara sempurna. Sebagaimana sabdanyaSesungguhnya Alloh memiliki 300 akhlak. Siapa yang berakhlak dengan salah satunya, maka Allah memasukkannya ke dalam Ilahiyah ini hanya terkumpul sempurna dalam diri Rasululloh SAW dan wali-wali kutub sebagai pewarisnya sampai Wali Qutub Penutup. Mereka dinamakan Al-Muhammadiyyiin. Secara hukum, kedudukan wali qutub penutup/Al-Khatmu merupakan hukum waris dari Nabi SAW kepada wali-wali qutub Al-Muhammadiyyin yang telah berakhlak dengan 300 akhlak Ilahiyah. Mereka adalah orang-orang besar golongan qutub ahli wilayah batin yang khos-shoh. Karena wilayah telah terbagi menjadi wilayah dlahir dan wilayah batin. Wilayah dlahir berkecimpung dalam pengaturan pemerintahan dan perkara lahir. Wilayah dlahir akan ditutup oleh Imam Mahdi L-Muntadhar yang akan muncul di akhir batin bergerak dalam pengaturan batin. Wilayah batin ini pun terbagi dua, yaitu wilayaha-mmah umum dan khosh-shoh khusus. Wilayah a-mmah ialah wilayah sejak Nabi Adam sampai Nabi Isa Sedangkan wilayah khosh-shoh ialah wilayah sejak Rasululloh SAW sampai Al-Khatm Al-Akbar penutup qutub terbesar. Seluruh wali qutub yang telah idrak menemukan kedudukan Khatm Al-Quthbaniyah kesempurnaan qutub adalah Ahli Wilayah Batin Khosh-shoh. Tiap wali yang telah mencapai kedudukan khatmiyah kesempurnaan dinamakan wali khatam. Sehingga muncul Al-Khatm Al-Akbar yang akan menutup wilayah khosh-shoh sebagai puncaknya. Al-Khatm Al-Akbar hanya ada satu dalam satu zaman, yaitu sejak Nabi SAW. Di mana hatinya berada dalam hati Nabi Muhammad khatm Al-auliya Al-kubra sebagai al-quthb Al-maktum merupakan kedudukan qutub terakhir yang disembunyikan Alloh SWT dari seluruh makhluk. Kecuali kepada Rasululloh SAW. Sepanjang catatan, tidak ada seorang wali pun yang mengklaim dirinya sebagai al-quthb di antara keistimewaan kedudukan al-maktum adalah bahwa Al-Haq bertajalli kali dalam kejap pertamanya. Di mana dalam satu tajalli diberikan macam anugerah seperti yang diberikan kepada penduduk sorga. Kemudian dalam kejap selanjutnya diberikan kesabaran menghadapai beberapa tajalli-Nya. Demikian terus menerus tanpa ada juga merupakan sumber Faidh cucuran rahmat yang berupa Imdad pertolongan yang dilakukan oleh para qutub untuk seluruh alam semesta. Tanpa disadari karena adanya penghalang/hijab, para qutub telah mengambil perantaraannya dalam memberikan memberikan Faidh Hakikatul Muhammadiyah kepada mereka dalam hidupnya. Nisbat para qutub dengan al-maktum adalah seperti nisbat orang umum kepada qutub sendiri. Karena kedudukan al-maktum dalam kegaibannya tidak diketahui oleh seorang pun. Baik di dunia, maupun di kesempurnaan kedudukannya tidak bisa dibandingkan dengan seluruh kedudukan lainnya. Seperti kedudukan Rasulullah SAW yang mencakup seluruh kedudukan kenabian. Karena tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatul muhammadiyah kecuali Allah SWT. Demikian pula al-maktum. Dia telah menjadi penolong pada seluruh wali dalam zaman dahulu dan zaman kemudian. Hakikatnya tidak dapat diketahui siapa pun, kecuali Allah dan Rasulullah SAW.
V4d3.